Selasa, 04 Januari 2011

potret kehampaan - sweet as revenge

Lyrics to Potret Kehampaan :

Dan,
Semua telah hilang… potret kehampaan
Apa yang kutakutkan kini menjadi nyata
Tersisa hanyalah
Sesal tak habisnya
Kebodohan yang memaksa
Membuatku nista

Namun percuma meyakinkanmu
Kau memutarkan fakta
Pengorbanan tak lagi berarti
Hancurkan

Telah kucoba dengar, semua hanya alasan
Terpuruk dalam pedihku yakin
Kau kembali dengannya
Kulenyapkan semua, puisi omong kosongmu
Menorehkan tinta penuh duka
Kini ku tak berdaya

Hanya menunggu harapan yang sirna
Menanti asa yang tak kunjung tiba
Membuat cerita berakhir nestapa
Muakku adalah goresan hatiku

Deritaku tak ada habisnya
Kan kubawa hingga semanis pembalasanku... nanti
Tiada bicara
Aroganmu meronta
Terdiamku, setengah mati

Namun percuma meyakinkanmu
Kau memutarkan fakta
Pengorbanan tak lagi berarti
Hancurkan

Telah kucoba dengar, semua hanya alasan
Terpuruk dalam pedihku yakin
Kau kembali dengannya
Kulenyapkan semua, puisi omong kosongmu
Menorehkan tinta penuh duka
Kini ku tak berdaya

Deritaku tak ada habisnya
Kan kubawa hingga semanis pembalasanku... nanti
Tiada bicara
Aroganmu meronta
Terdiamku, setengah mati

Telah kucoba dengar, semua hanya alasan
Terpuruk dalam pedihku yakin
Kau kembali dengannya
Kulenyapkan semua, puisi omong kosongmu
Menorehkan tinta penuh duka
Kini ku tak berdaya
Dan,
Semua telah hilang… potret kehampaan
Apa yang kutakutkan kini menjadi nyata
Tersisa hanyalah
Sesal tak habisnya
Kebodohan yang memaksa
Membuatku nista

Namun percuma meyakinkanmu
Kau memutarkan fakta
Pengorbanan tak lagi berarti
Hancurkan

Telah kucoba dengar, semua hanya alasan
Terpuruk dalam pedihku yakin
Kau kembali dengannya
Kulenyapkan semua, puisi omong kosongmu
Menorehkan tinta penuh duka
Kini ku tak berdaya

Hanya menunggu harapan yang sirna
Menanti asa yang tak kunjung tiba
Membuat cerita berakhir nestapa
Muakku adalah goresan hatiku

Deritaku tak ada habisnya
Kan kubawa hingga semanis pembalasanku... nanti
Tiada bicara
Aroganmu meronta
Terdiamku, setengah mati

Namun percuma meyakinkanmu
Kau memutarkan fakta
Pengorbanan tak lagi berarti
Hancurkan

Telah kucoba dengar, semua hanya alasan
Terpuruk dalam pedihku yakin
Kau kembali dengannya
Kulenyapkan semua, puisi omong kosongmu
Menorehkan tinta penuh duka
Kini ku tak berdaya

Deritaku tak ada habisnya
Kan kubawa hingga semanis pembalasanku... nanti
Tiada bicara
Aroganmu meronta
Terdiamku, setengah mati

Telah kucoba dengar, semua hanya alasan
Terpuruk dalam pedihku yakin
Kau kembali dengannya
Kulenyapkan semua, puisi omong kosongmu
Menorehkan tinta penuh duka
Kini ku tak berdaya
-sweet as revenge-

Komunikasi


Komunikasi
Komunikasiadalahsuatuprosespenyampaianinformasi (pesan, ide, gagasan) darisatupihakkepadapihaklain agar terjadisalingmempengaruhi di antarakeduanya. Padaumumnya, komunikasidilakukansecaralisanatau verbal yang dapatdimengertiolehkeduabelahpihak.Apabilatidakadabahasaverbal yang dapatdimengertiolehkeduanya, komunikasimasihdapatdilakukandenganmenggunakangerak-gerikbadan, menunjukkansikaptertentu, misalnyatersenyum, menggelengkankepala, mengangkatbahu.
SaluranKomunikasidalamOrganisasi
Sebelummembahaspengertiankomunikasiorganisasisebaiknyakitauraikanterminologi yang melekatpadakontekskomunikasiorganisasi, yaitukomunikasidanorganisasi.  Komunikasiberasaldaribahasalatin “communis” atau ‘common” dalamBahasaInggris yang berartisama. Berkomunikasiberartikitaberusahauntukmencapaikesamaanmakna, “commonness”.  Ataudenganungkapan yang lain, melaluikomunikasikitamencobaberbagiinformasi, gagasanatausikapkitadenganpartisipanlainnya.  Kendalautamadalamberkomunikasiadalahkitaseringkalimempunyaimakna yang berbedaterhadaplambang yang sama.
Steward L.Tubbsdan Sylvia Moss dalam Human Communication menguraikanadatiga model dalamkomunikasi:
1.      modelkomunikasi linier (one-way communication), dalam model inikomunikatormemberikansuatu stimuli dankomunikanmelakukanrespon yang diharapkantanpamengadakanseleksidaninterpretasi. Komunikasinyabersifat monolog.

2.      modelkomunikasiinteraksional. Sebagaikelanjutandari model yang pertama, padatahapinisudahterjadi feedback atauumpanbalik. Komunikasi yang berlangsungbersifatduaarahdanada dialog, di manasetiappartisipanmemilikiperanganda, dalamartipadasatusaatbertindaksebagaikomunikator, padasaat yang lain bertindaksebagaikomunikan

3.      modelkomunikasitransaksional. Dalam model inikomunikasihanyadapatdipahamidalamkontekshubungan (relationship) antaradua orang ataulebih. Pandanganinimenekankanbahwasemuaperilakuadalahkomunikatif. Tidakadasatupun yang tidakdapatdikomunikasikan.

Mengenaiorganisasi, salahsatudefenisimenyebutkanbahwaorganisasimerupakansuatukumpulanatausistem individual yang melaluisuatuhirarki/jenjangdanpembagiankerja,berupayamencapaitujuan yang ditetapkan. Dari batasantersebutdapatdigambarkanbahwadalamsuatuorganisasimensyaratkan:
  1. adanyasuatujenjangjabatanataupunkedudukan yang memungkinkansemuaindividudalamorganisasitersebutmemilikiperbedaanposisi yang jelas, sepertipimpinan, stafpimpinandankaryawan.
  2. adanyapembagiankerja, dalamartisetiap orang dalamsebuahinstitusibaik yang komersialmau pun sosial, memilikisatubidangpekerjaan yang menjaditanggungjawabnya.
Denganlandasankonsep-konsepkomunikasidanorganisasisebagaimana yang telahdiuraikan, makakitadapatmemberibatasantentangkomunikasiorganisasisecarasederhana, yaitukomunikasiantarmanusia (human communication) yang terjadidalamkontekorganisasi.  AtaudenganmeminjamdefinisidariGoldhaber, komunikasiorganisasidiberibatasansebagaiaruspesandalamsuatujaringan yang sifathubungannyasalingbergabungsatusama lain (the flow of messages within a network of interdependent relationships).
Proses komunikasi
Secararingkas, proses berlangsungnyakomunikasibisadigambarkansepertiberikut:
  1. Komunikator (sender) yang mempunyaimaksudberkomunikasidengan orang lainmengirimkansuatupesankepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikanitubisaberupainformasidalambentukbahasaataupunlewatsimbol-simbol yang bisadimengertikeduapihak.
  2. Pesan (message) itudisampaikanataudibawamelaluisuatu media atausaluranbaiksecaralangsungmaupuntidaklangsung. Contohnyaberbicaralangsungmelaluitelepon, surat, e-mail, atau media lain.
media (channel) alat yang menjadipenyampaipesandarikomunikatorkekomunikasi
  1. Komunikan (receiver) menerimapesan yang disampaikandanmenerjemahkanisipesan yang diterimanyakedalambahasa yang dimengertiolehkomunikanitusendiri
  2. Komunikan (receiver) memberikanumpanbalik (feedback) atautanggapanataspesan yang dikirimkankepadanya, apakahdiamengertiataumemahamipesan yang dimaksudolehsipengirim.
PerananKomunikasi Informal

Komunikasi informal adalahkomunikasi yang terjadidiantaraparaanggotaorganisasiatas
dasarkehendakpribadi, tanpamemperhatikanposisi/kedudukanmerekadalamorganisasi.Informasidalamkomunikasi informal inimengalirkeatas, kebawah, atausecara horizontal, daniniterjadijikakomunikasi formal kurangmemuaskananggotaakaninformasi yang diperlukan. Komunikasi informal disebutjugadengangrapevine (desasdesus) cenderungberisilaporanrahasiamengenai orang, ataukejadiankejadian di luardariarusinformasi yang mengalirsecararesmi.Namunwalaupuninformasinyabersifat informal, grapevine inibermanfaatbagiorganisasi.Bagipimpinangrapevine dapatmenjadimasukantentangperasaankaryawannya, sedangkanbagi sesame karyawankomunikasi informal inibisamenjadisaluranemosimereka.Agar komunikasiberjalanefektifmakadiperlukanjaringankomunikasi (network) baik yang bersifat formal maupun informal.

Sumber:

Pengertian Pengawasan



Pengertian Pengawasan
           Istilah pengawasan dalam bahasa Inggris disebut controlling, yang oleh Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa: “… the modern concept of control … provides a historical record of what has happened … and provides date the enable the … executive … to take corrective steps …”. Hal ini berarti bahwa pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan. More (dalam Winardi, 2000:226) menyatakan bahwa: “… there’s many a slip between giving works, assignments to men and carrying them out. Get reports of what is being done, compare it with what ought to be done, and do something about it if the two aren’t the same”.

Dengan demikian pengawasan pada hakekatnya merupakan tindakan membandingkan antara hasil dalam kenyataan (dassein) dengan hasil yang diinginkan (das sollen). Hal ini disebabkan karena antara kedua hal tersebut sering terjadi penyimpangan?penyimpangan, maka tugas pengawasan adalah melakukan koreksi atas penyimpangan?penyimpangan tersebut.

Pengawasan merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah perencanaan, pengorganisasian, dan pengarahan. Sebagai salah satu fungsi manajemen, mekanisme pengawasan di dalam suatu organisasi memang mutlak diperlukan. Pelaksanaan suatu rencana atau program tanpa diiringi dengan suatu sistem pengawasan yang baik dan berkesinambungan, jelas akan mengakibatkan lambatnya atau bahkan tidak tercapainya sasaran dan tujuan yang telah ditentukan.

Maksud dan Tujuan Pengawasan
Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi sebenarnya tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena itu pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu tujuan.

Menurut Situmorang dan Juhir (1994:22) maksud pengawasan adalah untuk :

  • Mengetahui jalannya pekerjaan, apakah lancar atau tidak

Memperbaiki kesalahan?kesalahan yang dibuat oleh pegawai dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan -kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang baru.

  • Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan dalam rencana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan yang telah direncanakan.
·        Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam planning atau tidak.
  • Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam planning, yaitu standard.

Rachman (dalam Situmorang dan Juhir, 1994:22) juga mengemukakan tentang maksud pengawasan, yaitu:

  • Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
  • Untuk mengetahui apakah segala sesuatu telah berjalan sesuai dengan instruksi serta prinsip?prinsip yang telah ditetapkan
  • Untuk mengetahui apakah kelemahan?kelemahan serta kesulitan-kesulitan dan kegagalan?kegagalannya, sehingga dapat diadakan perubahan? perubahan untuk memperbaiki serta. mencegah pengulangan kegiatan?kegiatan yang salah.
  • Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah dapat diadakan perbaikan?perbaikan lebih lanjut, sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud pengawasan adalah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil kerja, dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak, serta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi sehingga mampu diperbaiki ke arah yang lebih baik.

Sementara berkaitan dengan tujuan pengawasan, Maman Ukas (2004:337) mengemukakan:

  • Mensuplai pegawai?pegawai manajemen dengan informasi?informasi yang tepat, teliti dan lengkap tentang apa yang akan dilaksanakan.
  • Memberi kesempatan pada pegawai dalam meramalkan rintangan-rintangan yang akan mengganggu produktivitas kerja secara teliti dan mengambil langkah -langkah yang tepat untuk menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang terjadi.

Setelah kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian yang memuaskan dari pada hasil?hasil yang diharapkan.
 
Situmorang dan Juhir (1994:26) mengatakan bahwa tujuan pengawasan adalah :

  • Agar terciptanya aparat yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh suatu sistem manajemen pemerintah yang berdaya guna (dan berhasil guna serta ditunjang oleh partisipasi masyarakat yang konstruksi dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat (kontrol sosial) yang obyektif, sehat dan bertanggung jawab.
  • Agar terselenggaranya tertib administrasi di lingkungan aparat pemerintah, tumbuhnya disiplin kerja yang sehat.
  • Agar adanya keluasan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau kegiatan, tumbuhnya budaya malu dalam diri masing?masing aparat, rasa bersalah dan rasa berdosa yang lebih mendalam untuk berbuat hal?hal yang tercela terhadap masyarakat dan ajaran agama.


Lebih lanjut Situmorang dan Juhir (1994:26) mengemukakan bahwa secara langsung tujuan pengawasan adalah untuk:

  • Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rencana, kebijaksanaan dan perintah.
  • Menertibkan koordinasi kegiatan?kegiatan
  • Mencegah pemborosan dan penyelewengan
  • Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang atau jasa yang dihasilkan
  • Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi


Sementara tujuan pengawasan menurut Soekarno (dalam Safrudin, 1965:36) adalah : 

  • Untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan sesuai dengan rencana, yang digariskan, mengetahui apakah sesuatu dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas yang ditentukan, mengetahui kesulitan?kesulitan dan kelemahan?kelemahan dalam bekerja, mengetahui apakah sesuatu berjalan efisien atau tidak, dan mencari jalan keluar jika ternyata dijumpai kesulitan?kesulitan, kelemahan?kelemahan, atau kegagalan ke arah perbaikan.


Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa pada pokoknya tujuan pengawasan adalah:

  • Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta instruksi -instruksi yang telah dibuat.
  • Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan?kesulitan, kelemahan -kelemahan atau kegagalan?kegagalan serta efisiensi dan efektivitas kerja.
  • Untuk mencari jalan keluar apabila ada kesulitan, kelemahan dan kegagalan, atau dengan kata lain disebut tindakan korektif.



Tipe Pengawasan

Donnelly, et al. (dalam Zuhad, 1996:302) mengelompokkan pengawasan menjadi tiga tipe dasar, yaitu preliminary control, concurrent control dan feedback control. Ketiga hal tersebut digambarkan sebagai berikut:

Proses Pengawasan
Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi terhadap setiap pegawai yang berada dalam organisasi adalah merupakan wujud dari pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan organisasi terhadap para bawahan. Oleh karena itu, sebagai suatu fungsi maka proses pelaksanaan pengawasan oleh pimpinan dilakukan melalui beberapa tahap, seperti yang diungkapkan Tanri Abeng (dikutip Harahap, 2000:11) bahwa:
Manajemen kontrol adalah pekerjaan yang harus dilakukan oleh seorang pimpinan untuk meneliti dan mengatur pekerjaan yang sedang berlangsung maupun yang telah selesai. Fungsi ini dapat dilakukan melalui kegiatan kegiatan antara lain: establishing performance standard, measuring performance, evaluating performance, and correcting performance.

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Tanri Abeng di atas, dapat diungkapkan bahwa pengawasan yang dilakukan harus melalui tahapan?tahapan sebagai bentuk dari suatu proses kegiatan pengawasan. Bersamaan dengan pendapat tersebut, terdapat banyak pendapat yang mengungkapkan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengawasan. Hal tersebut diungkapkan dalam bentuk langkah umum mengenai proses pengawasan, seperti yang diungkapkan oleh Terry (dalam Winardi, 1986:397) bahwa:

Pengawasan terdiri daripada suatu proses yang dibentuk oleh tiga macam langkah?langkah yang bersifat universal yakni:
·         mengukur hasil pekerjaan
·         membandingkan hasil pekerjaan dengan standard dan memastikan perbedaan (apabila ada perbedaan)
·         mengoreksi penyimpangan yang tidak dikehendaki melalui tindakan perbaikan.

Sementara Koontz, et. al (dalam Hutauruk, 1986:197) menyebutkan: Proses dasar pengendalian, di manapun penerapannya atau apa saja yang diawasi, meliputi tiga langkah:
·         (1) menetapkan standar
·         (2) mengukur prestasi kerja atau standar ini
·         (3) memperbaiki dan mengoreksi penyimpangan yang tak dikehendaki dari standar dan perencanaan.






Ø  Penyebab Perubahan Organisasi
                Banyak faktor-faktor mepengaruhi suatu organisasi yang mana sebagian besar faktor-faktor tersebut berubah secara kontinyu. Faktor-faktor ini merupakan kekuatan-kekuatan yang menimbulkan atau menyebabkan perubahan. Kekuatan-kekuatan ini dapat berasal dari dalam (internal) maupuin dari luar (eksternal) organisasi.
Perubahan organisasi dapat terjadi lebih-lebih jika organisasi hnya mempunyai sedikit kemampuan untuk mengendalikan kekuatan-kekuatan pengaruh ekstenal maupun internal organissi. Perubahan organisasi dapat terjadi karena adanya perubahan-perubahan dalam berbagai variabel eksternal., seperti sistem politik, ekonomi, teknologi, pasar dan nilai-nilai. Beberapa kekuatan ekternal penyebab perubahan dapat dijabarkan sebagai berikut. Misalnya, kenaikan biaya dan kelangkaan sumberdya alam, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi, boikot pelanggan, tingkat pendidikan yang lebih tinggi di pasar tenaga kerja, tingkat bunga yang tinggi. Faktor-faktor tersebutlah yang merubah kehidupan orang baik sebagai karyawan maupun sebagai pelanggan. Berbagai kekuatan ekternal, dari kemajuan teknologi sampai kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metoda operasinya.
Tekanan untuk perubahan juga dapat datang dari kekuatan-kekuatan perubah internal. Kekuatan-kekuatan ini merupakan hasil dari faktor-faktor seperti tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan teknologi baru, serta sikap dan perilaku karyawan. Penggunaan peralatan otomatik seperti robot, perubahan layout produksi, perubahan praktek dan kebijakan manajemen, adalah perubahan-perubahan karena faktor kekuatan-kekuatan internal.
Kekuatan-kekuatan eksternal dan internal penyebab perubahan sering saling berhubungan. Hubungan ini terutama merupakan hasil perubahan-perubahan dalam nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi orang dalam sistem. Orang-orang dengan berbagai sikap baru memasuki organisasi dan menyebabkan perubahan dari dalam.
Ø  Cara-cara Penanganan Perubahan
                Ada dua pendekatan penanganan perubahan organisasi:
Proses perubahan reaktif. Manajemen bereaksi atas tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi sedikit untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Sebagai contoh, bila peraturan baru dari pemerintah mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai perlindungan terhadap kebakaran, maka manajer mungkin akan membeli alat pemadam kebakaran.
Program perubahan yang direncanakan (planned change), disebut sebagai proses proaktif. Manajemen melakukan berbagai investasi waktu dan sumberdaya lainnya yang berarti untuk menguibah cara-cara operasi organisasi. Perubahan yang direncanakan ini didefinisikan sebagai perancangan dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoperasian secara sengaja. Pendekatan ini tepat bila keseluruhan organissi, atau sebagian besar satuan organisasi, harus menyiapkan diri untuk atau menyesuaikan dengan perubahan.
Di dalam proses perubahan, terdapat seorang atau individu yang bertanggung jawab atas peranan kepemimpinan dalam proses pengelolaan perubahan. Individu ini disebut dengan “Change Agent” (pengantar perubahan). Sedangkan individu atau kelompok yang merupakan sasaran perubahan disebut “sistem klien”. Pengantar perubahan ini dapat berasal dari para anggota organisasi atau dapat sebagai konsultan dari luar organisasi.
Leavitt (1964), menyatakan bahwa organisasi dapat diubah melalui pendekatan struktur, pendekatan teknologi, dan pendekatan orang-orangnya. Pendekatan struktur adalah yang menyangkut aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisasi yang misalnya: desentralisasi, tanggung jawab jabatan, garis wewenang yang tepat, penciptaan pembagian kerja dll. Pendekatan teknologi berkaitan dengan diubahnya teknik-teknik yang dipakai denga teknologi baru; perubahan ini dapat membawa konsekuesi pula pada perubahan struktur organisasi (menjadi pendekatan tekno-struktur). Bila pendekatan struktural dan teknik bermaksud untuk memperbaiki prestasi kerja organisasi melalui pengubahan situasi kerja yang tepat, maka pendekatan- pendekatan orang dimaksudkan untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan melalui pemusatan dan ketrampilan, sikap, persepsi dan pengharapan mereka sehingga diharapkan akan melaksanakan tugas dengan lebih efektif. (dalam Handoko, 1991).
Ø   Konsep Pengembangan Organisasi
                Berlainan dengan perubahan organisasi yang dirancang untuk memecahkan masalah-masalah yang terpisah, tertentu, sementara dan jangka pendek, pengembangan organisasi (Organizational Development / OD) dirancang tidak untuk masalah-masalah terpisah atau sementara. Pendekatan ini berjangka waktu lebih panjang, mencakup menggerakan keseluruhan organisasi ke tingkat perbaikan prestasi dan kepuasan para anggota yang lebih tinggi. Walaupun DO sering menyangkut perubahan teknologokal dan struktural, namun sasarannya dipusatkan pada pengubahan orang serta sifat dan kualitas berbagai hubungan pekerjaan mereka.
Pengembangan organisasi antara lain didefinisikan sebagai suatu usaha jangka panjang untuk memperbaiki proses-proses pemecahan masalah dan pembaharuan organisasi, terutama melalui manajemen budaya organisasi yang lebih efektif dan kolaboratif – dengan tekanan khusus pada budaya tim-tim kerja formal – dengan bantuan pengantar perubahan, katalisator, dan penggunaan teori dan teknologi ilmiah keperilakuan terapan, mancakup riset kegiatan (French dan Bell, 1987 dalam Handoko, 1991).
Dari definisi tersebut, ungkapan proses-proses pemecahan masalah adalah berkenaan dengan metoda-metoda organisasi dalam penanganan berbagai ancaman dan kesempatan dari lingkungannya. Proses pembaharuan, berkenaan dengan manajer dalam menyesuaikan gaya dan tujuan pemecahan masalah untuk memenuhi berbagai permintaan pengubahan lingkungan organisasi. Manajemen kolaboratif, berarti manajemen melalui partisipsi bawahan dan pembagian kekuasaan, bukan melalui pembebanan wewenang secara hierarkis. Istilah budaya, berkenaan dengan pola-pola umum berbagai kegiatan interaksi, norma, nilai, sikap, dan perasan. Budaya ini menyangkut aspek-aspek informal kehidupan organisasi. Riset kegiatan merupakan cara pengantar perubahan pengembangan organsasi menjalankan proses belajar aspek-aspek organisasi apa yang perlu diperbaiki dan bagaimana organisasi dapat dibantu untuk membuat perbaikan-perbaikan tersebut. Riset kegiatan ini meliputi:
·         suatu diagnosa pendahuluan terhadap masalah oleh pengantar perubahan OD
·         pengumpulan data untuk mendukung diagnosa
·         umpan balik data kepada para anggota organisas
·         eksplorasi data oleh anggota organisasi
·         perencanaan kegiatan yang tepat
·         pengambilan kegiatan yang tepat.

                Berdasarkan kelompok sasarannya, teknik-teknik pengembangan organisasi dapat diringkas sebagai berikut:
Pengembangan organisasi (PO) untuk perseorangan. Dengan teknik latihan sensitifitas. Meningkatkan sensitifitas dan ketrampilan penanganan hubungan-hubungan antar pribadi.
                PO untuk dua atau tiga orang. Teknik Analisis Transaksional, mengajarkan orang-orang untuk mengirim berita yang jelas dan bertanggung jawab serta memberikan tanggapan yang wajar dan beralasan.
                PO untuk tim atau kelompok. Konsultasi proses, konsultan membantu anggota kelompok merubah cara-cara mereka bekerja bersamadan mengembangkan berbagai ketrampilan diagnostuk dan pemecahan masalah yang dibutuhkan untuk pemecahan yang lebih efektif.
                PO untuk hubungan-hubungan antar kelompok. Pertemjan (rapat) konfrontasi, untuk memungkinkan organisasi menilai kesehatannya sendiri dan untuk menetapkan rencana-rencana kegiatan perbaikan.
                PO untuk organisasi keselutuhan. Teknik survei umpan balik, diguinakan untuk memperbaiki operasi-operasi organisasi secara keseluruhan. Hasil survei (umpan balik) digunakan untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan kesempatan yang ada.
                Teknik PO lainnya yang telah dikenal adalah “Grid OD”, didasarkan atas kisi-kisi manajerial dari Blake dan Mouton. Kisi-kisi ini mengidentifikasikan orientasi - perhatian manajemen terhap pekerjaan (produksi) atau terhadap orang (karyawan). Dengan grid OD ini gaya atau orientasi manajer dapat diketahui, sampai berapa jauh posisinya dari gaya atau orientasi yang paling efektif. Dengan demikian gaya-gaya manajerial yang sekarang dapat diarahkan kepada yang paling diharapkan (grid 9,9) melaui:
·         tahap latihan
·         tahap pengembangan tim
·         tahap pengembangan antar kelompok
·         tahap penetapan tujuan organisasi
·         tahap pencapaian tujuan
·         tahap stabilisasi.
























Pengertian Kepemimpinan
Dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata “pemimpin” dan “kepemimpinan”. Dalam Ensiklopedi Umum, halaman 549 kata “kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama; hubungan Itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusla yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin

 Teori X dan Teori Y  Mc Gregor
Teori prilaku adalah teori yang menjelaskan bahwa suatu perilaku tertentu dapat membedakan pemimpin dan bukan pemimpin pada orang-orang. Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan yaitu teori x atau teori y.

Teori X

Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.

Teori Y

Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.

Penelitian teori x dan y menghasilkan teori gaya kepemimpinan ohio state yang membagi kepemimpinan berdasarkan skala pertimbangan dan penciptaan struktur. Teori Z dapat anda baca di artikel lain di situs organisasi.org ini. Gunakan fasilitas pencarian yang ada untuk menemukan apa yang anda butuhkan.


        Sumber:www.google.com

WEWENANG, DELEGASI DAN DESENTRALISASI


PENGERTIAN WEWENANG, KEKUASAAN DAN PENGARUH

Wewenang (authority) adalahhakuntukmelakukansesuatuataumemerintah orang lain untukmelakukanatautidakmelakukansesuatu agar tercapaitujuantertentu. Ada duapandangan yang salingberlawananmengenaisumberwewenang, yaituteori formal (atauseringdisebutpandanganklasik )danteoripenerimaan.
Teori formal berpendapatbahwawewenangadakarnaseseorang di beriatau di limpahiataudiwarisihaltersebut.Pandanganteoripenerimaanbahwawewenangseseorangtimbulhanyabilahalitu di terimaolehkelompokatauindividukepadasiapawewenangtersebut di jalankan. Chester Barnard menyatakan: “ bilasuatukomunikasidirektifditerimaseseorangkepadasiapahalituditunjukanwewenanguntuknyaterciptaatau di tegaskan”.Barnard menyebutpenerimawewenangdengansebutan “ zone of indifference”, danHerbert A . Simon menyebutdengan“ area of acceptance”.
Kekuasaan(power) sering di campuradukandenganwewenang. Bilawewenangadalahhakuntukmelakukansesuatu, kekuasaanadalahkemampuanuntukmelakukanhaltersebut.Kekuasaanposisi (position power) di dapatdariwewenang formal suatuorganisasi.Kekuasaanpribadi (personal power) di dapatkandariparapengikutdandidasarkanatasseberapabesarpengikutdan di dasarkanatasseberapabesarparapengikutmengagumidanrespeckpadaseorangpemimpin.
Ada 6 sumberkekuasaan ,empatpertamaberhubungandengankekuasaanposisidandua lain nyakekuasaanpribadi, sebagaiberikut:
1. Kekuasaanbalasjasa (reward power)
2. Kekuasaanpaksaan (coercive power)
3. Kekuasaansah (legimate power)
4. Kekuasaanpengendalianinformasi (control of information power)
5. Kekuasaanpanutan (refrent power)
6. Kekuasaanahli (expert power)

David McClelland mengemukakanada “duamukadarikekuasaan “, yaitusisi negative dansisipositif. Sisi negative mengandungartibahwamemilikikekuasaanberartimenguasai orang lain yang lebihlemah. Sisipositifditandaidenganperhatianpadapencapaiantujuankelompok.
Tanggungjawabdanakunbilitas.Tanggungjawab (responbility)
Adalahkewajibanuntukmelakukansesuatu yang timbulbilaseorangbawahanmenerimawewenang manager untukmendelegasikantugasataufunsitertentu. Akunbilitasadalah factor di luarindividudanperasaanpribadinya.
Pengaruh (influence) adalhsuatutransaksisosialdimanaseseorangataukelompok di bujukolehseorangataukelompoklainuntukmelakukankegiatansesuaidenganharapanmereka yang mempengaruhi.


STRUKTUR LINI DAN STAF

OrganisasilinidanStaf, semuaorganisasimempunyaisejumlahfungsi-fungsidasar yang harusdilaksanakan. Stafmerupakanindividuataukelompokdalamstrukturorganisasi yang fungsiutamanyamemberikan saran danpelayanankepadafungsilini.Beberapa alas anmengapaorganisasiperlumembedakanantarakegiatan-kegiatanlinidanstaf. Pertama, karenakegiatan-kegiatanlinimencerminkanpekerjaanpokokorganisasi.Kedua, pengetatan yang harus di buatorganisasidalamwaktukrisissangat di tentukanolehpilihanterhadapdepartemenliniataustaf.
Ada duatipestafyaitustafpribadidanstafspesialis.Stafpribadi di bentukuntukmemberikan saran, bantuan, danjasakepadaseorang manager.Stafspesialismemberikan saran, konsultasi, bantuandanmelayaniseluruhlinidan unsure organisasi.

WEWENANG LINI, STAF, DAN FUNGSIONAL

Wewenangliniadalahwewenangdimanaatasanmelakukannyaatasbawahannyalangsung. Wewenangstafadalahhak yang dipunyaiolehsatu-satuanstafatauparaspesialisuntukmenyarankan, memberirekomendasiataukonsultasikepadapersonalialini.Wewenangstaffungsionaladalahhubunganterkuat yang dapat di milikistafdengansatuan-satuanlini.
Beberapa factor dapatmenimbulkanberbagaikonflik di antaradepartemendan orang-orang linidanstaf, yaitu:
1. Perbedaanumurdanpendidikan
2. Perbedaantugas
3.Perbedaansikap
4.Perbedaanposisi

DELEGASI WEWENANG

Delegasiwewenangadalah proses dimanaparamanajermengalokasikanwewenangkebawahkepada orang-orang yang melaporpadanya. Efektifitasdelegasimerupakan factor utama yang membedakanmanajersuksesdanmanajertidaksukses.
Prinsip- prinsipklasik yang dapatdijadikandasaruntukdelegasi yang efektifadalah:
1. Prinsip scalar
2. Prinsipkesatuanperintah
3.Tanggungjawab.Wewenang, danakunbilitas
Delegasiadalah factor krisisbagimanajemen yang efektif, tetapibanyakmanajergagaluntukmendelegasikanataumendelegasikandenganlemah.
Louis Allen mengemukakanbeberapateknikkhususuntukmembantumanajermelakukandelegasidenganefektif.
1. Tetapkantujuan
2. Tegaskantanggungjawabdanwewenang
3.Berikanmotivasikepadabawahan
4.Memintapenyelesaiankerja
5.Berikanlatihan
6.Adakanpengawasan yang memadai

SENTRALISASI VERSUS DESENTRALISASI

Sentralisasiadalahpemusatankekuasaandanwewenangpadatingkatanatassuatuorganisasi.Desentralisasiadalahpenyebaranataupelimpahansecarameluaskekuasaandanpembuatankeputusanketingkatan-tingkatanorganisasi yang lebihrendah.
Factor-faktor yang mempengaruhiDerajatDesentralisasisebagaiberikut:
1. Filsafatmanajemen
2. Ukurandantingkatanpertumbuhanorganisasi
3.Strategidanlingkunganorganisasi
4.PenyebaranGeografisorganisasi
5.Tersediannyaperalatanpengawasan yang efektif
6.kualitasmanajer
7. keanekaragamanprodukdanjasa
8. Karakteristik- karakteristikorganisasilainnya
Jadi, pendekatan paling logic yang dapatdigunakanorganisasiadalahmengamatisegalakemungkinan yang terjadi (contingency approach).

Sumber:www.google.com